Sabtu, 17 Juli 2010

Cidera Terparah Sepanjang Sejarah Sepakbola Dunia

1. Eduardo Da Silva


2. David Busst


3. Kieron Dyer


4. Francesco Totti


5. Jacob Olesen


6. Ewald Lienen


7.Djibril Cisse

Kamis, 15 Juli 2010

Pesan Para Martir

BUKALAH mesin pencari Google di komputer Anda. Ketik kata kunci "soccer supporters died". Anda akan tercengang menemukan betapa panjangnya deretan suporter sepakbola yang mati saat akan, sedang, atau usai medukung tim pujaan.

Kematian yang tak mengenal batasan wilayah dan waktu. Terjadi di Bandung, Jakarta, Tokyo, London, sampai Kampala, Uganda sana. Terjadi di awal sepakbola resmi dipertandingkan di awal abad 20, dan terus merembet sampai saat Anda membaca tulisan ini sekarang.

Olahraga paling populer di kolong jagat ini seolah telah menagih tumbal ratusan, bahkan mungkin ribuan nyawa pengikutnya. Para pemain ke-12 itu, --istilah yang sering digunakan untuk para suporter karena dukungan mereka kerap membantu kemenangan tim yang dibela-- mati pada hari naasnya.

Kematian yang datang dengan beragam cara. Mulai dari dikeroyok suporter lawan, terjepit dan terinjak-injak rekan dalam rusuh di stadion, jatuh dari atap stadion, jatuh dari atap bus, jatuh dari kereta api dan lain-lain.

Mereka mati dengan cara berbeda-beda. Tapi mereka punya satu kesamaan yakni mati dengan simbol tim kesayangan masih melekat di badan. Simbol itu bisa berupa kostum, syal, bandana, ataupun bendera --yang mungkin warnanya jadi merah kental dibasahi  darah mereka sendiri.

Sebuah akhir episode kehidupan anak manusia yang sungguh sangat memilukan. Tetapi adalah sangat  naif jika kemudian ada yang menyebut kematian mereka sebagai hal yang sia-sia.

Tidak! Tak ada kematian yang sia-sia. Setiap kematian --apalagi dengan cara yang tragis-- selalu menyingkapkan pesan mulia. Mereka, para suporter sepakbola yang mati itu, sejatinya bak seorang martir; mati dengan membawa sebuah pesan untuk sebuah perubahan.

Mereka mati dengan menggaungkan pesan universal: bahwa sepakbola memang bukan sekadar permainan. Bahwa sepakbola sesungguhnya adalah sebuah pertaruhan hidup. Dan pesan yang tak ternilai harganya itu --karena ditebus dengan nyawa manusia-- akan terus bergaung sepanjang mereka yang terlibat dalam sepakbola masih bersikap main-main.

Dengan kata lain, sepanjang pihak keamanan, panitia penyelenggara, pengurus tim sepakbola, kelompok suporter, serta individu suporter itu sendiri, masih main-main memperlakukan sepakbola, maka kematian demi kematian lain pun akan terus berdatangan.

Dengan caranya sendiri, para martir itu mengirimkan  pesan berdarah kepada  rekan-rekan suporter lain, agar tak meniru tindakan konyol yang terlanjur menggiring mereka ke balik nisan.

Para martir itupun, dengan cara mereka sendiri, telah mengirimkan alarm peringatan kepada pihak keamanan, dan panitia penyelenggara pertandingan untuk lebih sigap mengantisipasi, bersikap tegas, dan tanpa kompromi jika mencium ada aroma kematian lagi mulai disenandungkan oknum suporter.

Pesan itulah yang mungkin ingin digaungkan para martir sepakbola. Pesan, yang meski tak tertulis di batu nisan, tapi menggemakan teriakan lantang: Kematian kami tak sia-sia!

Klasifikasi Pengelompokan Pendukung Sepakbola

1.Hooligan
Hooligan adalah fans sepakbola yang brutal ketika tim idolanya kalah bertanding. Hooligan merupakan stereotif supporter sepakbola dari Inggris, namun akhi-akhir ini menjadi fenomena dunia termasuk negara Indonesia sendiri. Sebagian besar dari hooligan adalah para backpacker yang berpengalaman dalam melakukan sebuah perjalanan. Tidak sedikit dari mereka yang sering keluar-masuk penjara karena sering terlibat dalam sebuah bentrokan. Mereka jarang menggunakan pakaian yang sama dengan tim pujaannya agar tidak terdeksi kehadiran mereka oleh pihak aparat. Meski demikian, keunggulan dari hooligan ini mereka paling anti menggunakan senjata dalam melakukan sebuah duel, karena menurut mereka itu hanyalah sebuah cara yang dilakukan oleh sekelompok banci.


2.Ultras
Ultras diambil dari bahasa latin yang mengandung artian 'di luar kebiasaan'. Kalangan ultras tidak pernah berhenti menyanyi mendengungkan yel-yel lagu kebangsaan tim mereka selama pertandingan berlangsung. Mereka juga rela berdiri sepanjang pertandingan berlangsung (karena negara-negara yang terkenal dengan ultras nya seperti Argentina dan Italia, menyediakan tribun berdiri di dalam salah satu sudut stadion mereka). Selain itu pun para ultras paling senang menyalakan kembang api atau petasan di dalam stadion karena hal itu didorong untuk mencari perhatian, bahwa mereka hadir di dalam kerumunan manusia di dalam stadion. Karakter mereka cenderung tempramental, tidak jauh seperti hooliga. Jika tim nya kalah bertanding atau diremehkan pihak musuh. Namun perbedaan mereka dengan hooligan terletak pada tujuan kehadiran mereka di stadion. Tujuan utama kehadiran mereka adalah untuk mendukung tim, bukan untuk menunjukan kekuatan lewat adu fisik. Anggota ultras biasanya merupakan anggota yang setia dan loyal terhadap tim yang mereka bela.


3.The VIP
Bagi mereka, yang penting bukan menonton sepakbola, melainkan supaya ditontong penonton lain. Sebagian besar penonton ini adalah kaum selebritas yang hadir diantara kerumunan orang selain itu pun mereka para pebisnis tingkat tinggi yang menyaksikan pertandingan di kotak VIP (skyboxes) demi sebuah gengsi untuk sebuah pencitraan diri. Merka tidak perduli dengan hasil pertandingan, kecuali itu akan mempengaruhi bisnis yang digelutinya.


4.Daddy/Mommy
Mereka adalah orang-orang yang suka membawa anggota keluarga ke dalam stadion. Bagi mereka menonton pertandingan sepakbola dalam sebuah stadion merupakan sebuah hiburan rekreasi keluarga. Oleh karena itu, biasanya tipe ini hadir ke stadion ketika tiket pertandingan tidak terlalu mahal seperti pada babak-babak penyisihan. Sebagian besar para Daddy/Mommy ini adalah karyawan yang bekerja secara profesional yang gemar terhadap sepakbola namun tidak terlalu fanatik. Letak duduk mereka di stadion pun biasanya jauh dari para hooligan dan ultras.


5.Christmas Tree
Christmas tree/pohon natal karena sekujur tubuh mereka dibenuhi berbagai atribut klub, mulai dari pin, badge, scraft, jersey, kupluk, topi, corat-coret wajah, beraneka ragam wig, sampai tato yang menghiasi tubuh mereka. Berbeda dengan ultras dan hooligan yang selalu laki-laki, christmas tree bisa laki-laki maupun perempuan, tampil sendiri-sendiri maupun berkelompok. Mereka tak hanya menonton sepakbola tetepi juga berusaha menunjukan identitas negara atau kelompok mereka. Mereka biasanya duduk berkelompok di areal yang jauh dari hooligan dan ultras.


6.The Expert
Sebagian besar adalah para pensiunan yang telah berumur. Meraka tak sayang menggunakan uang pensiunannya untuk bertaruh. Tak heran wajah mereka selalu bertaruh. Tak jarang pula mereka meneguk berbotol-botol minuman karena saking tegangnya. Namun 'para ahli' pertaruhan ini biasanya hanya tertarik pada pertandingan sekelas World Cup dan UEFA cup, bukan pada pertandingan liga. Letak duduk mereka biasanya selalu dekat gawang untuk memudahkan mereka berteriak bak seorang pelatih.


7.Couch Potato

Muingkin inilahkelompok terbesar dari fans sepakbola. Mereka ini tipe penonton yang tidak hadir langsung ke stadion namun melalui pesawat TV di rumah. Tipe ini berasumsi bahwa menonton melalui TV lebih nyaman daripada membuang uang untuk sebuah pertandingan yang belum tentu bagus. Akan tetapi jangan salah, meskipun hanya menonton di depan TV, mereka juga berdandan seolah-olah berada di dalam lapangan. Kaos tim, bendera dan segera macam atribut lainnya.